Sabtu, 17 November 2012

Dokumen Kefarmasian

BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Dilihat dari realita telah kita mengenal ada berbagai jenis spesies ragi dan jamur tetapi ada hanya ada sekitar 1000 yang menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan (banyak yang lain menyebabkan penyakit pada tumbuhan). Hanya dermatofita dan spesies candida yang sering ditularkan dari satu orang ke orang lain.

Untuk lebih mudahnya, infeksi mikotik manusia dikelompokkan dalam infeksi jamur superfisial, kutan, subkutan, dan profundan (atau sistematik). Infeksi-infeksi jamur superfisial, kutan, atau subkutan pada kulit, rambut, dan kuku dapat menjadi kronis dan resisten terhadap pengobatan tetapi jarang mempengaruhi kesehatan umum si penderita. Mikosis profunda disebabkan oleh jamur patogenik atau jamur opurunistik yang menginfeksi penderita dengan gangguan imunologi. Mikosis profunda dapat menimbulkan gangguan sistematik yang kadang-kadang fatal. Aktinomisetes bukan merupakan jamur tetapi bakteri filamentosa yang bercabang. Namun, organisme ini menimbulkan  penyakit yang gambarannya menyerupai infeksi jamur. Untuk mengatasi infeksi jamur ini, sistem imun melakukan mekanisme pertahanan. Namun sistem pertahanan tubuh tidak selalo berhasil melawan infeksi jamur tersebut.

1.2              Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
a.       Pengertian jamur dan ciri – ciri umum jamur.
b.      Pengertian infeksi sistemik.
c.       Apa sel efector pada infeksi jamur..
d.      Apa saja jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur sistemik.
e.       Apa penyebab dan gejalanya..
f.       Bagaimana diagnosa dan pengobatannya..

1.3              Tujuan
Pembuatan makalah yang berjudul “ Infeksi Jamur Sistemik “ ini bertujuan sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui pengertian jamur dan ciri – ciri umum jamur.
b.      Untuk mengetahui pengertian infeksi sistemik.
c.       Untuk mengetahui sel efector pada infeksi jamur.
d.      Untuk mengetahui jenis penyakit yang disebabkan jamur sistemik.
e.       Untuk mengetahui mekanisme terjadinya penyakit tersebut.
f.       Untuk mengetahui obat yang dapat digunakan dalam menyembuhkan penyakit tersebut.











BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Pengertian dan ciri – ciri umum jamur.
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
Pada dasarnya, jamur dapat dibedakan ke dalam 2 golongan besar, yaitu yeast dan mould. Yeast umumnya memiliki bentuk tunggal, kecil, dan selnya berbentuk oval; sementara mould membentuk koloni yang terdiri dari filamen-filamen yang disebut hifa.

1.   Struktur Tubuh
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium.Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Gbr. Hifa yang membentuk miselium dan tubuh buah


Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
2.   Cara Makan Dan Habitat Jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.  
a.      Parasit obligat
Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b.      Parasit fakultatif
Adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c.       Saprofit
Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk  mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.
Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
3.   Pertumbuhan Dan Reproduksi
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi.Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion.Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.







2.2     Pengertian infeksi sistemik
                    Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). 
Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995). 
Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi. 
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. (Harry wahyudhy Utama, 2006). 
Infeksi dapat didefinisikan sebagai kolonisasi merugikan dari organisme inang, oleh spesies asing. Dalam kasus seperti itu, spesies asing, yang juga dapat disebut organisme penyebab infeksi, mulai memanfaatkan sumber daya dari tuan rumah. Pada manusia, efek negatif akan mewujudkan diri dalam bentuk luka kronis, hilangnya suatu gangren, anggota tubuh yang terinfeksi dan, dalam beberapa kasus, bahkan kematian.. Spesies asing biasanya terdiri dari organisme mikroskopis, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, prion, viroid, dan sebagainya.

Faktor Penyebab Infeksi
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi), sedangkan mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit timbul jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit bias ditularkan dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius). Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
a) Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri
dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
b) Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.
c) Fungi 
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
d) Parasit 
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
Tipe Infeksi
a) Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang
menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak
tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan pathogen menyebabkan kerusakan jaringan.
b) Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
c) Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan kerusakan. 
d) Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
e) Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
f) Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
g) Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan sampai tahun)


 Rantai Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
1. Agen Infeksi
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus,
jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora
transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun
dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
2. Reservoar (sumber mikroorganisme)
Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.
3. Portal Of Exit (jalan keluar)
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.

4. Cara Penularan
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara
seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
5. Portal Masuk
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
6. Daya Tahan Hospes (MANUSIA)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
7. Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik, yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Pada beberapa keadaan, komponen komponen baik respon spesifik maupun nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes.
Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang terimunosupres.
Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes
bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode inkubasi 
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari
b. Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan,
keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme
tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit
ke orang lain.
c. Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.
Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi 
Penampilan Klinis Dan Gejala
1. Infeksi sistemik 
Penyebab infeksi sistemik terdiri dari bakteri atau virus. Ciri utama seperti infeksi adalah bahwa hal itu mempengaruhi aliran darah dari seorang individu, dengan hasil bahwa gejala menyebar ke seluruh tubuh. Dalam hal ini, patogen didistribusikan ke seluruh tubuh, bukannya terkonsentrasi di satu daerah. toksin bakteri adalah alasan utama yang mengarah ke infeksi sistemik.. Contoh yang umum sebagian besar infeksi sistemik dingin, flu, mononucleosis, radang tenggorokan, dll 


2. Tanda dan Gejala Infeksi Sistemik 
a. Nyeri: Ketika seseorang menderita infeksi sistemik, ia / dia mengalami sakit di daerah seperti dahi dan punggung.. Dalam kasus ekstrim, orang tersebut mengalami sakit tubuh juga. 
b. Menggigil: infeksi sistemik memicu menggigil, yang membuat seseorang menggigil bahkan setelah mengenakan pakaian wol lapisan. 
c. Demam: Demam adalah tanda-tanda infeksi sistemik. Tergantung pada tingkat keparahan infeksi, orang mungkin menderita dari rendah ke demam tinggi. 
d. Mual: infeksi sistemik memicu rasa mual. Orang itu bereaksi terhadap bau tertentu dengan muntah-muntah. 
e. Muntah: Muntah merupakan salah satu gejala utama infeksi sistemik. Orang tersebut akan memiliki kecenderungan muntah, bahkan setelah mengkonsumsi makanan biasa. 
f. Kelemahan: Secara keseluruhan kelemahan dalam tubuh merupakan gejala infeksi sistemik. 
3. Infeksi lokal 
Infeksi lokal dapat dijelaskan sebagai bahwa infeksi, yang tidak mempengaruhi seluruh tubuh individu. Rather,. Sebaliknya, itu adalah terbatas pada bagian tertentu dari tubuh Ini tidak menyerang aliran darah dan terbatas pada permukaan luar tubuh. Beberapa contoh yang paling umum dari infeksi lokal meliputi luka terinfeksi, sebuah memotong terinfeksi, dll 
4. Tanda dan Gejala Infeksi Lokal 
a. Demam: Demam adalah gejala sistemik hanya yang dapat disebabkan oleh infeksi lokal. 
b. Bau busuk: Sebuah debit bau busuk dari daerah yang terkena adalah pertanda bahwa orang tersebut telah mengakui masalah infeksi lokal. 
c. Panas di Situs: Dalam beberapa kasus, infeksi lokal dapat menyebabkan pembengkakan di daerah yang terkena, yang pada gilirannya akan menyebabkan panas di situs. 
d. Nyeri: Nyeri di daerah, yang telah terinfeksi, merupakan tanda yang sangat terlihat infeksi lokal. 

e. Pus: Satu dapat mengetahui apakah luka terinfeksi atau tidak, dengan mengamati jumlah nanah dilepaskan dari sana. 
f. Kemerahan dan Pembengkakan: infeksi lokal dapat menyebabkan kemerahan dan pembengkakan di daerah yang terkena
Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Infeksi 
Kata imun berasal dari bahasa Latin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular Sistem imun (kekebalan tubuh) adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel protein, antibodi dan sitokin/kemokin, serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing (proses imun).seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya yang masuk ke dalam tubuh.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya manusia dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun, dapat menekan sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal. Penerapan kedokteran klinis saat ini adalah untuk mengobati penyakit saja. Infeksi bakteri dilawan dengan antibiotik, infeksi virus dengan antivirus dan infeksi parasit dengan antiparasit terbatas obat-obatan yang tersedia. Sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, depresi disebabkan oleh stres emosional diobati dengan antidepresan atau obat penenang. Kekebalan depresi disebabkan oleh kekurangan gizi jarang diobati sama sekali, bahkan jika diakui, dan kemudian oleh saran untuk mengkonsumsi makanan yang lebih sehat.
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.
Kemampuan sistem kekebalan untuk membedakan komponen sel tubuh dari komponen patogen asing akan menopang amanat yang diembannya guna merespon infeksi patogen – baik yang berkembang biak di dalam sel tubuh (intraselular) seperti misalnya virus, maupun yang berkembang biak di luar sel tubuh (ekstraselular) – sebelum berkembang menjadi penyakit. Meskipun demikian, sistem kekebalan mempunyai sisi yang kurang menguntungkan. Pada proses peradangan, penderita dapat merasa tidak nyaman oleh karena efek samping yang dapat ditimbulkan sifat toksik senyawa organik yang dikeluarkan sepanjang proses perlawanan berlangsung.
 Tindakan pencegahan infeksi.
1. Anteroom
Ruangan berukuran kecil yang menghubungkan koridor dengan ruangan lain yang biasanya ruangan isolasi.
2. Antiseptik berbasis alcohol
Bahan mengandung alkohol yang dirancang untuk digosokkan di tangan sebagai antiseptik.
3. Disinfeksi
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisme patogen, kecuali spora, dari benda mati, dengan tujuan mengurangi risiko infeksi.
4. Fasilitas pelayanan kesehatan
Setiap unit yang terlibat dalam perawatan pasien secara langsung. Konteks klinis di mana pelayanan kesehatan diberikan (misalnya, rumah sakit, klinik pasien rawat jalan, rumah).
5. Keluarga yang merawat (Caregiver)
Orang yang memberikan dukungan dan bantuan, baik formal atau informal, melalui berbagai kegiatan bagi orang cacat atau sakit jangka panjang, atau orang lanjut usia. Orang ini bisa memberikan dukungan emosional atau finansial, dan juga siap memberikan bantuan dalam berbagai tugas .
6. Kuantum
Jumlah atau banyaknya partikel.




7. Limbah klinis
Disebut juga limbah infeksius, limbah berbahaya ini dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Limbah ini meliputi: limbah hewan yang terkontaminasi; darah manusia dan produk darah; limbah dari tempat isolasi; limbah patologis (misalnya, jaringan manusia); dan benda tajam yang dibuang (jarum suntik, pisau bedah, atau peralatan medis yang sudah rusak). Definisi ini bisa bervariasi tergantung pada undang-undang dan peraturan setempat.
8. Masker bedah
Masker bedah atau masker operasi yang melindungi keluarga yang merawat terhadap patogen yang ditularkan melalui droplet dan/atau sebagai bagian dari pelindung wajah bagi kegiatan pelayanan pasien yang mungkin menimbulkan percikan atau cipratan darah, cairan tubuh, sekret, atau ekskresi. 
9. Pandemi
Epidemi yang terjadi di seluruh dunia atau pada daerah yang sangat luas, yang melintasi perbatasan beberapanegara, dan biasanya mempengaruhi banyak orang 
10. Pembersihan
Proses menghilangkan kotoran dari peralatan dan permukaan secara manual dengan menggunakan deterjen dan air atau surfaktan (misalnya, enzymatic cleaner), atau proses yang menggunakan energi (misalnya, pembersih ultrasonik) dengan bahan yang sesuai. 
11. Pengendalian sumber infeksi
Cara mengurangi emisi droplet saat pasien batuk atau bersin, seperti menutup mulut dan hidung dengan tangan atau dengan cara lain (misalnya, menggunakan tisu, saputangan, masker kain, atau masker bedah), untuk mengurangi penyebaran droplet dari pasien yang terinfeksi/terkolonisasi. Pembersihan tangan harus dilakukan segera setelah kontak dengan sekresi pernapasan.






2.3     Sel efector pada infeksi jamur
          Jenis infeksi jamur:
1.      Jamur Patogen Sistematik
Jamur ini dapat menginovasi dan berkembang pada jaringan host normal tanpa adanya predisposisi. Jumlahnya lebih sedikit .
2.      Jamur Oportunistik
Organisme Oportunistik artinya dalam keadaan normal sifatnya non patogen tetapi dapat berubah menjadi patogen bila keadaan tubuh melemah, dimana mekanisme pertahanan tubuh terganggu.
lnfeksi jamur oportunistik temyata lebih sering terjadi dibandingkan infeksi jamur patogen sistemik. lnfeksi ini umumnya terjadi pada penderita defisiensi sistem pertahanan tubuh atau pasien-pasien dengan keadaan umum yang lempah patient.2,24Resistensi alamiah terhadap banyak jamur pathogen tergantung pada fagosit. Meskipun dapat terjadi pembunuhan intraselular, jamur terbanyak banyak diserang ekstrasesular oleh karena ukurannya yang besar. Neutrofil merupakan sel terefektif, terutama terhadap kandida dan aspergilus. Jamur juga merangsang produksi sitokin seperti IL-1dan TNF-α yang meningkatkan ekspresi molekul adhesi di endotel setempat yang meningkatkan infiltrasi neutrofil ke tempat infeksi. Netrofil membunuh jamur yang oksigen dependen dan oksigen independen yang toksik.
Makrofak alveolar berperan sebagai sel dalam pertahanan pertama terhadap spora jamur yang terhirup. Aspergilus biasanya mudah dihancurkan oleh makrofag alveolar, tetapi Koksidioides Imunitis dan Histoplasma kapsulatum dapat ditemukan pada orang normal dan resisten terhadap makrofag. Dalam hal ini makrofag masih dapat menunjukkan perannya melalui aktivasi sek Th1 untuk membentuk granuloma. Sel NK juga dapat melawan jamur melalui pelepasan granul yang mengandung sitolisin. Sel NK juga dapat membunuh secara langsung bila dirangsang oleh bahan asal jamur yang memacu makrofag memproduksi sitokin seperti TNF dan IFN-ɣ yang mengaktifkan sel NK.

2.4    Jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur sistemik

Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis.
Mikosis dikelompokkan atas dasar tempat infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik (profunda). Infeksi yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala ringan atau berat. Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder akibat mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari mikosis, namun demikian pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat menunjang proses penyembuhan.
1.      Mikosis Superfisial
Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial, yaitu kulit, rambut, kuku.
a)      Tinea versicolor
Merupakan infeksi ringan yang nampak dan terjadi akibat pertumbuhan Malassezia furfur yang tidak terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal sebagai panu.
Klinis : Muncul bercak putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit dada, punggung, axila leher dan perut bagian atas. Daerah yang terserang akan mengalami depigmentasi.
Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.
Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15 menit kemudian dicuci. Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan mengangkat kateter yang terpasang.

b)      Tinea nigra
Infeksi pada lapisan kulit (stratum korneum) akibat serangan Exophiala weneckii.
Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak tersebut terisi oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan tetapi tetap terlihat datar menempel pada kulit (tidak membentuk bagian yang menonjol, seperti sisik ataupun reaksi yang lain)
Pencegahan : dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.
Pengobatan : Pemberian asam undersilenat atau anti jamur azol.


c)      Piedra
Dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu White Piedra disebabkan oleh Trichosporon Beigelli dan Black Piedra diakibatkan oleh Piedraia hortae.
Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra) terbentuk nodul yang lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.
Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal.
d)      Tinea Flavosa : Infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan berkuku, disebabkan oleh Trichopyton schoenleinii.
Klinis : Gejala awal berupa bintik-bintik putih pada kuli kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna kuning kotor, Kerak sangat lengket, bila diangkat akan meninggalkan luka basah. Dapat menyebabkan kebotakan yang menetap.
e)      Otomycosis : Infeksi pada telinga luar dan liang telinga disebabkan oleh serangan Aspergillus, Penicillium, Mocor, Rhizpus, Candida.
Klinis : muncu rasa gatal dan sakit pada lubang telinga dan kulit sekitar. Jika terjadi infeksi skunder oleh bakteri, akan menjadi bernanah.

2.   Mikosis Kutan
Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial yang terkeratinisasi , yaitu kulit, rambut, kuku. Tidak ke jaringan yang lebih dalam.
a)      Tinea pedis (kaki atlet)
Infeksi menyerang jaringan antara jari-jari kaki dan berkembang menjadi vesikel-vesikel kecil yang pecah dan mengeluarkan cairan encer, disebabkan oleh Trichophyton rubrum, T. Mentagrophytes, Epidemirmophyton floccosum.
Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit pecah-pecah, dapat juga terjadi infeksi skunder.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
Pengobatan : Fase akut : rendam dalam kalium permanganat 1 : 5000 sampai peradangan mereda, kemudian berikan bahan kimia anti jamur (asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol).
Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan bahan kimia bedak antijamur pada siang hari.

b)      Tinea Korporis, Tinea Kurtis (Kurap)
Menyerang kulit tubuh yang tidak berambut, disebabkan oleh serangan jamur T. Rubrum, T metagrophytes, E. floccosum. Hifa tumbuh aktif ke arah pinggir cincin stratum korneum yan belum terserang.
Klinis : Sering menimbulkan lesi-lesi anuler kurap, dengan bagian tengah bersisik dikelilingi oleh pingiran merah meninggi sering mengandung volikel. Waktu hifa menjadi tua dan memisahkan diri menjadi artrospora, sel-sel yang mengandung artrosphora mengelupas, sehinga pada beberapa kasus terdapat bagian tengah yang bersih pada lesi kurap.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
Pengobatan : Gunakan asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol.
c)      Tinea kaptitis (kurap kulit kepala)
Infeksi microsporum, terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya aka sembuh pada saat memasuki masa puberitas. Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh Trichophyon yang tidak diobati akan menetap sampai dewasa.
Klinis : infeksi dimulai pada kulit kepala , selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah mengikuti dinding keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut terjadi di atas akar rambut. Rambut menjadi mudah patah dan meninglakna potongannya yang pendek. Pada bagian kulit kepala yang botak terlihat bentuk kemerahan, edema, bersisik dan membentuk vesikel, pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan peradangan dan mengarah pada mikosis sistemik.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan. Kasus-kasus sporadis biasanya diperoleh dari anjing atau kucing. Mencegah penggunaan gunting dan alat cukur untuk bersama. Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi.
Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut degan tangan, sering keramas dan mengunakan krim antijamur mikonizol.

3.   Mikosis Subkutan
Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit meliputi otot dan jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.
a)      Sporotrichosis
Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan habitat pada tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma, kemudian menyebar melalui aliran getah bening.
Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang terinfeksi, Getah bening menjadi tebal, Hampir tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada persendian dan paru-paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan menahun, dan nekrosis.
Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun menahun, meskipun demikian dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama beberapa minggu.

b)      Kromoblastosis
Infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan oleh Fonsecaea pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini adalah di daerah tropik, terdapat di dalam tumbuhan atau tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.
Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur masuk melalui trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk pertumbuhan mirip kutil tersebar di aliran getah bening.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun, dan lain-lain)
Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi yang lebih besar dilakukan kemoterapi dengan flusitosin atau itrakonazol.
c)      Mycetoma (madura foot)
Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur Eumycotic mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang disebut Actinomycotic mycetoma.
Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun, dan lain-lain)
Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan dapson pada fase dini sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui pembedahan dapat membantu penyembuhan.

4.   Mikosis Sistemik
Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam. Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masing-masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 o C. Mikosis subkutan akut kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya infeksi skunder.
a)      Blastomikosis
Infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetes dermatitidis dan Blastomycetes brasieliensi.
Klinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat, pada kasus ringan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat dibedakan dengan infeksi pernafasan bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat malam). Jika terjadi penyebaran maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada kulit di permukaan terbuka (leher,muka, lengan dan kaki).
Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazol
selama 6 bulan akan bermanfaat.

b)      Kokodiodomikosis
Disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah, mikosis ini menyerang -paru.
Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah demam, batuk, sakit kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam valley atau desert rheumatism, dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.
Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis biasanya telah terbentuk imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita dengan difisiensi imun maka diberikan amfoterisin B dan diikuti dengan pemberian azol oral dalam beberapa bulan.

c)      Hitoplasmosis : Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada tanah dengan kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan kotoran unggas atau ternak)
Klinis : Infeksi terjadi melalui proses pernafasan. Konidia yang terhirup diliputi oleh makrovag areolar akhir-nya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi dapat menyebar secara cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul berupa sindroma flu yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus penderita dengan defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada terjadinya pembengkakan limpa dan hati, demam tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak pada hidung, mulut lidah, dan usus halus.
Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam tingkat tertentu yang mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah menyerbar maka pemberian amfoterisin B sering kali dapat menyembuhkan. Akan tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus.

d)      Parakoksidiomikosis : Mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis ( Blastomyces brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses pernafasan.
Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening atau gang-guan gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru, kemudian penyebarannya terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit.
Pengobatan: pemberian sulfoamida secara oral, terbukti efektif pada Parakoksidiomikosis ringan, jika penaganan tersebut belum menunjukkan hasil yang berarti maka diberikan keto-konazol, sedangkan pada kasus yang lebih berat, maka digunakan Amfoterisin.

2.5     Penyebab dan gejalanya
Candidiasis, aspergillosis dan kriptokokosis adalah beberapa dari infeksi jamur yang umum yang disebabkan oleh Candida albicans, Aspergillus dan Cryptococcus. Jika salah satu jamur ini masuk ke dalam aliran darah, mereka dapat menyerang organ internal, sehingga menyebabkan gejala. Candida adalah jamur yang hidup dalam tubuh manusia, tetapi dalam keadaan tertentu, dapat berkembang biak dan mulai mempengaruhi organ. Penggunaan jangka panjang antibiotik dan kadar gula darah tinggi dapat merupakan satu peningkatan risiko  infeksi ini. Infeksi dapat mempengaruhi organ-organ vital seperti jantung, ginjal dan paru-paru. Infeksi jamur usus dapat menyebabkan kembung, gangguan pencernaan, diare dan ketidaknyamanan perut. Jika jamur sampai ke otak, kita bahkan bisa menderita kejang.

Kriptokokosis merupakan infeksi jamur serius yang disebabkan oleh menghirup jamur yang disebut Cryptococcus. Jamur ini terutama ditemukan di tanah dengan kotoran burung. Jamur ini dapat menyebabkan peradangan selaput otak. Dalam keadaan seperti itu, penderita mengalami gejala seperti kebingungan, mual muntah, kejang, penglihatan kabur, sakit kepala atau mengantuk. Jika paru-paru terkena, penderita mungkin mengalami gejala seperti letih lesu, batuk kering, demam dan nyeri dada.
Jamur lain yang disebut Aspergillus dapat mempengaruhi sinus atau paru-paru. Aspergilosis invasif terjadi ketika jamur ini menyerang paru-paru dan menyebar ke organ lain melalui darah.Jamur ini dapat mempengaruhi orang-orang yang kekebalan tubuhnya terganggu. Mereka yang didiagnosis dengan kanker atau HIV rentan terinfeksi jamur ini. Dalam kasus yang parah, otak atau tulang juga mungkin akan terpengaruh. Jamur ini dapat dihirup melalui tanah atau debu rumah. Jika paru-paru atau sinus yang terkena, salah satu yang paling mungkin mengalami gejala seperti sesak napas, nyeri dada, batuk, demam, atau mimisan. Sementara gejala-gejala ini ditunjukkan oleh salah satu penderita infeksi jamur di paru-paru, gejala bervariasi akan dialami tergantung pada bagian tubuh yang dipengaruhi oleh infeksi jamur.
2.6     Diagnosa dan Pengobatannya
Jika dokter menduga pasien menderita seperti infeksi patogen, mereka akan melakukan tes darah lengkap, kultur darah, urine, sinar-X, dan prosedur diagnostik lainnya untuk merumuskan diagnosis. Pengobatan pada dasarnya akan bervariasi tergantung pada organ internal yang mungkin akan terpengaruh oleh jamur. Jika pasien menunjukkan gejala-gejala neurologis, dan dokter menduga pasien menderita meningitis, mereka dapat memeriksa cairan serebrospinal juga. Sejauh sebagai pengobatan yang bersangkutan, penggunaan obat anti-jamur adalah langkah pertama menuju menghentikan jamur dari tumbuh lebih lanjut.
Seperti disebutkan sebelumnya, aspergillosis, kandidiasis dan kriptokokosis, adalah penyakit sistemik yang paling umum disebabkan oleh jamur. Setelah dokter mampu mengidentifikasi jamur penyebab, mereka dapat menentukan pilihan pengobatan infeksi jamur sistemik yang dapat bekerja untuk pasien. Obat dapat dikonsumsi secara oral atau intravena yang diberikan tergantung pada sediaan yang ada. Misalnya, micafungin adalah salah satu obat, yang digunakan untuk pengobatan kandidiasis invasif. Obat ini dapat diberikan secara intravena. Obat lain yang mungkin diresepkan termasuk amfoterisin B, itrakonazol atau caspofungin. Dalam kasus yang parah, ketika bola serat jamur, sel-sel darah putih dan membentuk bekuan darah di paru-paru, pembedahan mungkin diperlukan. Terapi obat ditambah dengan perubahan pola makan dipastikan akan membantu dalam mengurangi gejala kandidiasis.
Jamur yang menyusup organ internal melalui aliran darah, tentu dapat menyebabkan situasi yang membahayakan jiwa. Oleh karena itu, penting berkonsultasi segera dengan dokter pada saat timbul gejala sistemik infeksi jamur tersebut. Diagnosis dan pengobatan yang cepat dan tepat akan membantu dalam mencegah jamur dari menyebabkan kerusakan parah pada organ internal. Semakin cepat kondisi ini didiagnosis dan diobati, semakin cepat pemulihan terjadi.
















BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadihaustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.  Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh darilingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Candidiasis, aspergillosis dan kriptokokosis adalah beberapa dari infeksi jamur yang umum yang disebabkan oleh Candida albicans, Aspergillus dan Cryptococcus dan merupakan penyebab infeksi jamur sistemik.

3.2     Saran
                        Untuk mengatasi penyakit karena infeksi jamur hendaknya tidak dengan pengobatan saja. Langkah yang efektif yaitu dengan melakukan tindakan pencegahan. Misalnya dengan mengontrol keadaan lingkungan agar bersih dari agen infeksi.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “Infeksi Jamur” http://www.majalah-farmacia.com/ diakses tanggal 17 November 2012
Baratawidjaja, Karnen. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke-7. Jakarta: FKUI
Kusno, Gustaaf. “Candida Albicans, Perangaimu Tak Secantik Namamu!“http://kesehatan.kompasiana.com/ diakses tanggal 17 November 2012
Roit, Ivan. 1990. Pokok-pokok Ilmu Kekebalan. Jakarta:Gramedia





        





           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar