BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dilihat
dari realita telah kita mengenal ada berbagai jenis spesies ragi dan jamur
tetapi ada hanya ada sekitar 1000 yang menyebabkan penyakit pada manusia atau
hewan (banyak yang lain menyebabkan penyakit pada tumbuhan). Hanya dermatofita
dan spesies candida yang sering ditularkan dari satu orang ke orang lain.
Untuk
lebih mudahnya, infeksi mikotik manusia dikelompokkan dalam infeksi jamur
superfisial, kutan, subkutan, dan profundan (atau sistematik). Infeksi-infeksi
jamur superfisial, kutan, atau subkutan pada kulit, rambut, dan kuku dapat
menjadi kronis dan resisten terhadap pengobatan tetapi jarang mempengaruhi
kesehatan umum si penderita. Mikosis profunda disebabkan oleh jamur patogenik
atau jamur opurunistik yang menginfeksi penderita dengan gangguan imunologi.
Mikosis profunda dapat menimbulkan gangguan sistematik yang kadang-kadang
fatal. Aktinomisetes bukan merupakan jamur tetapi bakteri filamentosa yang
bercabang. Namun, organisme ini menimbulkan penyakit yang gambarannya
menyerupai infeksi jamur. Untuk
mengatasi infeksi jamur ini, sistem imun melakukan mekanisme pertahanan. Namun
sistem pertahanan tubuh tidak selalo berhasil melawan infeksi jamur tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
a.
Pengertian
jamur dan ciri – ciri umum jamur.
b.
Pengertian
infeksi sistemik.
c.
Apa
sel efector pada infeksi jamur..
d.
Apa
saja jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur sistemik.
e.
Apa
penyebab dan gejalanya..
f.
Bagaimana
diagnosa dan pengobatannya..
1.3
Tujuan
Pembuatan makalah yang berjudul “ Infeksi Jamur Sistemik
“ ini bertujuan sebagai berikut :
a.
Untuk
mengetahui pengertian jamur dan ciri – ciri umum jamur.
b.
Untuk
mengetahui pengertian infeksi sistemik.
c.
Untuk
mengetahui sel efector pada infeksi jamur.
d.
Untuk
mengetahui jenis penyakit yang disebabkan jamur sistemik.
e.
Untuk
mengetahui mekanisme terjadinya penyakit tersebut.
f.
Untuk
mengetahui obat yang dapat digunakan dalam menyembuhkan penyakit tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan ciri – ciri umum jamur.
Jamur
merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum
fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda
dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan
reproduksinya.
Pada
dasarnya, jamur dapat dibedakan ke dalam 2 golongan besar, yaitu yeast dan
mould. Yeast umumnya memiliki bentuk tunggal, kecil, dan selnya berbentuk oval;
sementara mould membentuk koloni yang terdiri dari filamen-filamen yang
disebut hifa.
1. Struktur Tubuh
Struktur tubuh jamur tergantung
pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang
multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter,
contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut
hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium.Miselium
menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
|
Gbr. Hifa yang membentuk miselium dan tubuh buah
|
|
|
Hifa
adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa.
Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya
mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh
dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang
cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang
mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa
senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada
jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang
merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus
jaringan substrat.
2. Cara Makan Dan Habitat Jamur
Semua
jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur
tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka
jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin,
dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif,
atau saprofit.
a. Parasit obligat
Merupakan
sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya
tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang
menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b. Parasit fakultatif
Adalah
jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat
saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c. Saprofit
Merupakan
jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit
menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan
buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase
pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi
molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga
langsung menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan
oleh inangnya.
Cara hidup
jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup
bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat
tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan
tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di
akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.
Jamur
berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme.
Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan
berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat
parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
3. Pertumbuhan Dan Reproduksi
Reproduksi
jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual
(vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur
berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang
multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan
memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air
atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan
tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi
secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi.Kontak
gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua
individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan
sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti).
Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi
tidak melebur dan membentuk dikarion.Pasangan inti dalam sel
dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa
tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan
pembelahan meiosis.
2.2 Pengertian infeksi sistemik
Infeksi adalah proses invasif oleh
mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter
& Perry, 2005).
Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995).
Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. (Harry wahyudhy Utama, 2006).
Infeksi dapat didefinisikan sebagai kolonisasi merugikan dari organisme inang, oleh spesies asing. Dalam kasus seperti itu, spesies asing, yang juga dapat disebut organisme penyebab infeksi, mulai memanfaatkan sumber daya dari tuan rumah. Pada manusia, efek negatif akan mewujudkan diri dalam bentuk luka kronis, hilangnya suatu gangren, anggota tubuh yang terinfeksi dan, dalam beberapa kasus, bahkan kematian.. Spesies asing biasanya terdiri dari organisme mikroskopis, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, prion, viroid, dan sebagainya.
Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995).
Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. (Harry wahyudhy Utama, 2006).
Infeksi dapat didefinisikan sebagai kolonisasi merugikan dari organisme inang, oleh spesies asing. Dalam kasus seperti itu, spesies asing, yang juga dapat disebut organisme penyebab infeksi, mulai memanfaatkan sumber daya dari tuan rumah. Pada manusia, efek negatif akan mewujudkan diri dalam bentuk luka kronis, hilangnya suatu gangren, anggota tubuh yang terinfeksi dan, dalam beberapa kasus, bahkan kematian.. Spesies asing biasanya terdiri dari organisme mikroskopis, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, prion, viroid, dan sebagainya.
Faktor Penyebab Infeksi
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi), sedangkan mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit timbul jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit bias ditularkan dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius). Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
a) Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri
dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
b) Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.
c) Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
d) Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
Tipe Infeksi
a) Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang
menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak
tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan pathogen menyebabkan kerusakan jaringan.
b) Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
c) Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan kerusakan.
d) Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
e) Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
f) Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
g) Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan sampai tahun)
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi), sedangkan mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit timbul jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit bias ditularkan dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius). Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
a) Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri
dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
b) Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.
c) Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
d) Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
Tipe Infeksi
a) Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang
menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak
tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan pathogen menyebabkan kerusakan jaringan.
b) Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
c) Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan kerusakan.
d) Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
e) Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
f) Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
g) Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan sampai tahun)
Rantai Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
1. Agen Infeksi
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus,
jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora
transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun
dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
2. Reservoar (sumber mikroorganisme)
Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.
3. Portal Of Exit (jalan keluar)
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
1. Agen Infeksi
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus,
jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora
transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun
dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
2. Reservoar (sumber mikroorganisme)
Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.
3. Portal Of Exit (jalan keluar)
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.
4. Cara Penularan
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara
seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
5. Portal Masuk
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
6. Daya Tahan Hospes (MANUSIA)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
7. Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik, yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Pada beberapa keadaan, komponen komponen baik respon spesifik maupun nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes.
Orang-orang yang mendapat infeksi yang
disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes
yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang berhubungan
dengan respon imun spesifik disebut hospes yang terimunosupres.
Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes
bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari
b. Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan,
keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme
tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit
ke orang lain.
c. Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.
Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi
Penampilan Klinis Dan Gejala
1. Infeksi sistemik
Penyebab infeksi sistemik terdiri dari bakteri atau virus. Ciri utama seperti infeksi adalah bahwa hal itu mempengaruhi aliran darah dari seorang individu, dengan hasil bahwa gejala menyebar ke seluruh tubuh. Dalam hal ini, patogen didistribusikan ke seluruh tubuh, bukannya terkonsentrasi di satu daerah. toksin bakteri adalah alasan utama yang mengarah ke infeksi sistemik.. Contoh yang umum sebagian besar infeksi sistemik dingin, flu, mononucleosis, radang tenggorokan, dll
Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes
bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari
b. Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan,
keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme
tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit
ke orang lain.
c. Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.
Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi
Penampilan Klinis Dan Gejala
1. Infeksi sistemik
Penyebab infeksi sistemik terdiri dari bakteri atau virus. Ciri utama seperti infeksi adalah bahwa hal itu mempengaruhi aliran darah dari seorang individu, dengan hasil bahwa gejala menyebar ke seluruh tubuh. Dalam hal ini, patogen didistribusikan ke seluruh tubuh, bukannya terkonsentrasi di satu daerah. toksin bakteri adalah alasan utama yang mengarah ke infeksi sistemik.. Contoh yang umum sebagian besar infeksi sistemik dingin, flu, mononucleosis, radang tenggorokan, dll
2. Tanda dan Gejala Infeksi Sistemik
a. Nyeri: Ketika seseorang menderita infeksi sistemik, ia / dia mengalami sakit di daerah seperti dahi dan punggung.. Dalam kasus ekstrim, orang tersebut mengalami sakit tubuh juga.
b. Menggigil: infeksi sistemik memicu menggigil, yang membuat seseorang menggigil bahkan setelah mengenakan pakaian wol lapisan.
c. Demam: Demam adalah tanda-tanda infeksi sistemik. Tergantung pada tingkat keparahan infeksi, orang mungkin menderita dari rendah ke demam tinggi.
d. Mual: infeksi sistemik memicu rasa mual. Orang itu bereaksi terhadap bau tertentu dengan muntah-muntah.
e. Muntah: Muntah merupakan salah satu gejala utama infeksi sistemik. Orang tersebut akan memiliki kecenderungan muntah, bahkan setelah mengkonsumsi makanan biasa.
f. Kelemahan: Secara keseluruhan kelemahan dalam tubuh merupakan gejala infeksi sistemik.
3. Infeksi lokal
Infeksi lokal dapat dijelaskan sebagai bahwa infeksi, yang tidak mempengaruhi seluruh tubuh individu. Rather,. Sebaliknya, itu adalah terbatas pada bagian tertentu dari tubuh Ini tidak menyerang aliran darah dan terbatas pada permukaan luar tubuh. Beberapa contoh yang paling umum dari infeksi lokal meliputi luka terinfeksi, sebuah memotong terinfeksi, dll
4. Tanda dan Gejala Infeksi Lokal
a. Demam: Demam adalah gejala sistemik hanya yang dapat disebabkan oleh infeksi lokal.
b. Bau busuk: Sebuah debit bau busuk dari daerah yang terkena adalah pertanda bahwa orang tersebut telah mengakui masalah infeksi lokal.
c. Panas di Situs: Dalam beberapa kasus, infeksi lokal dapat menyebabkan pembengkakan di daerah yang terkena, yang pada gilirannya akan menyebabkan panas di situs.
d. Nyeri: Nyeri di daerah, yang telah terinfeksi, merupakan tanda yang sangat terlihat infeksi lokal.
e. Pus: Satu dapat mengetahui apakah luka terinfeksi atau tidak, dengan mengamati jumlah nanah dilepaskan dari sana.
f. Kemerahan dan Pembengkakan: infeksi lokal dapat menyebabkan kemerahan dan pembengkakan di daerah yang terkena
Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Infeksi
Kata imun berasal dari bahasa Latin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular Sistem imun (kekebalan tubuh) adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel protein, antibodi dan sitokin/kemokin, serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing (proses imun).seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya yang masuk ke dalam tubuh. Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya manusia dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun, dapat menekan sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal. Penerapan kedokteran klinis saat ini adalah untuk mengobati penyakit saja. Infeksi bakteri dilawan dengan antibiotik, infeksi virus dengan antivirus dan infeksi parasit dengan antiparasit terbatas obat-obatan yang tersedia. Sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, depresi disebabkan oleh stres emosional diobati dengan antidepresan atau obat penenang. Kekebalan depresi disebabkan oleh kekurangan gizi jarang diobati sama sekali, bahkan jika diakui, dan kemudian oleh saran untuk mengkonsumsi makanan yang lebih sehat.
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.
Kemampuan sistem kekebalan untuk membedakan komponen sel tubuh dari komponen patogen asing akan menopang amanat yang diembannya guna merespon infeksi patogen – baik yang berkembang biak di dalam sel tubuh (intraselular) seperti misalnya virus, maupun yang berkembang biak di luar sel tubuh (ekstraselular) – sebelum berkembang menjadi penyakit. Meskipun demikian, sistem kekebalan mempunyai sisi yang kurang menguntungkan. Pada proses peradangan, penderita dapat merasa tidak nyaman oleh karena efek samping yang dapat ditimbulkan sifat toksik senyawa organik yang dikeluarkan sepanjang proses perlawanan berlangsung.
Tindakan pencegahan infeksi.
1. Anteroom
Ruangan berukuran kecil yang menghubungkan koridor dengan ruangan lain yang biasanya ruangan isolasi.
2. Antiseptik berbasis alcohol
Bahan mengandung alkohol yang dirancang untuk digosokkan di tangan sebagai antiseptik.
3. Disinfeksi
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisme patogen, kecuali spora, dari benda mati, dengan tujuan mengurangi risiko infeksi.
4. Fasilitas pelayanan kesehatan
Setiap unit yang terlibat dalam perawatan pasien secara langsung. Konteks klinis di mana pelayanan kesehatan diberikan (misalnya, rumah sakit, klinik pasien rawat jalan, rumah).
5. Keluarga yang merawat (Caregiver)
Orang yang memberikan dukungan dan bantuan, baik formal atau informal, melalui berbagai kegiatan bagi orang cacat atau sakit jangka panjang, atau orang lanjut usia. Orang ini bisa memberikan dukungan emosional atau finansial, dan juga siap memberikan bantuan dalam berbagai tugas .
6. Kuantum
Jumlah atau banyaknya partikel.
7. Limbah klinis
Disebut juga limbah infeksius, limbah berbahaya ini dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Limbah ini meliputi: limbah hewan yang terkontaminasi; darah manusia dan produk darah; limbah dari tempat isolasi; limbah patologis (misalnya, jaringan manusia); dan benda tajam yang dibuang (jarum suntik, pisau bedah, atau peralatan medis yang sudah rusak). Definisi ini bisa bervariasi tergantung pada undang-undang dan peraturan setempat.
8. Masker bedah
Masker bedah atau masker operasi yang melindungi keluarga yang merawat terhadap patogen yang ditularkan melalui droplet dan/atau sebagai bagian dari pelindung wajah bagi kegiatan pelayanan pasien yang mungkin menimbulkan percikan atau cipratan darah, cairan tubuh, sekret, atau ekskresi.
9. Pandemi
Epidemi yang terjadi di seluruh dunia atau pada daerah yang sangat luas, yang melintasi perbatasan beberapanegara, dan biasanya mempengaruhi banyak orang
10. Pembersihan
Proses menghilangkan kotoran dari peralatan dan permukaan secara manual dengan menggunakan deterjen dan air atau surfaktan (misalnya, enzymatic cleaner), atau proses yang menggunakan energi (misalnya, pembersih ultrasonik) dengan bahan yang sesuai.
11. Pengendalian sumber infeksi
Cara mengurangi emisi droplet saat pasien batuk atau bersin, seperti menutup mulut dan hidung dengan tangan atau dengan cara lain (misalnya, menggunakan tisu, saputangan, masker kain, atau masker bedah), untuk mengurangi penyebaran droplet dari pasien yang terinfeksi/terkolonisasi. Pembersihan tangan harus dilakukan segera setelah kontak dengan sekresi pernapasan.
2.3 Sel
efector pada infeksi jamur
Jenis infeksi jamur:
1. Jamur Patogen Sistematik
Jamur
ini dapat menginovasi dan berkembang pada jaringan host normal tanpa adanya
predisposisi. Jumlahnya lebih sedikit .
2. Jamur Oportunistik
Organisme
Oportunistik artinya dalam keadaan normal sifatnya non patogen tetapi dapat
berubah menjadi patogen bila keadaan tubuh melemah, dimana mekanisme pertahanan
tubuh terganggu.
lnfeksi
jamur oportunistik temyata lebih sering terjadi dibandingkan infeksi jamur
patogen sistemik. lnfeksi ini umumnya terjadi pada penderita defisiensi sistem
pertahanan tubuh atau pasien-pasien dengan keadaan umum yang lempah patient.2,24Resistensi
alamiah terhadap banyak jamur pathogen tergantung pada fagosit. Meskipun dapat
terjadi pembunuhan intraselular, jamur terbanyak banyak diserang ekstrasesular
oleh karena ukurannya yang besar. Neutrofil merupakan sel terefektif, terutama
terhadap kandida dan aspergilus. Jamur juga merangsang produksi sitokin seperti
IL-1dan TNF-α yang meningkatkan ekspresi molekul adhesi di endotel setempat
yang meningkatkan infiltrasi neutrofil ke tempat infeksi. Netrofil membunuh
jamur yang oksigen dependen dan oksigen independen yang toksik.
Makrofak alveolar berperan
sebagai sel dalam pertahanan pertama terhadap spora jamur yang terhirup.
Aspergilus biasanya mudah dihancurkan oleh makrofag alveolar, tetapi
Koksidioides Imunitis dan Histoplasma kapsulatum dapat ditemukan pada orang
normal dan resisten terhadap makrofag. Dalam hal ini makrofag masih dapat
menunjukkan perannya melalui aktivasi sek Th1 untuk membentuk granuloma. Sel NK
juga dapat melawan jamur melalui pelepasan granul yang mengandung sitolisin.
Sel NK juga dapat membunuh secara langsung bila dirangsang oleh bahan asal
jamur yang memacu makrofag memproduksi sitokin seperti TNF dan IFN-É£ yang
mengaktifkan sel NK.
2.4 Jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur sistemik
Jamur merupakan salah
satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Penyakit yang disebabkan
jamur pada manusia disebut mikosis.
Mikosis dikelompokkan atas dasar tempat
infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis superfisial, mikosis kutan,
mikosis subkutan dan mikosis sistemik (profunda). Infeksi yang diakibatkan oleh
jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala ringan atau berat. Pada
kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder akibat
mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari mikosis,
namun demikian pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat menunjang
proses penyembuhan.
1. Mikosis Superfisial
Adalah infeksi yang
disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial, yaitu kulit,
rambut, kuku.
a) Tinea versicolor
Merupakan infeksi ringan
yang nampak dan terjadi akibat pertumbuhan Malassezia furfur yang tidak
terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal sebagai panu.
Klinis : Muncul bercak
putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit dada, punggung, axila leher dan
perut bagian atas. Daerah yang terserang akan mengalami depigmentasi.
Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.
Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15 menit kemudian dicuci. Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan mengangkat kateter yang terpasang.
Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.
Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15 menit kemudian dicuci. Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan mengangkat kateter yang terpasang.
b) Tinea nigra
Infeksi pada lapisan
kulit (stratum korneum) akibat serangan Exophiala weneckii.
Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak tersebut terisi oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan tetapi tetap terlihat datar menempel pada kulit (tidak membentuk bagian yang menonjol, seperti sisik ataupun reaksi yang lain)
Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak tersebut terisi oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan tetapi tetap terlihat datar menempel pada kulit (tidak membentuk bagian yang menonjol, seperti sisik ataupun reaksi yang lain)
Pencegahan : dengan menjaga kebersihan badan dan
pakaian serta menghindari penularan.
Pengobatan : Pemberian asam undersilenat atau anti jamur azol.
Pengobatan : Pemberian asam undersilenat atau anti jamur azol.
c) Piedra
Dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu White Piedra
disebabkan oleh Trichosporon Beigelli dan Black Piedra diakibatkan oleh
Piedraia hortae.
Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra) terbentuk nodul yang lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.
Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal.
Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra) terbentuk nodul yang lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.
Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal.
d) Tinea Flavosa : Infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak
berambut dan berkuku, disebabkan oleh Trichopyton schoenleinii.
Klinis : Gejala awal berupa bintik-bintik putih
pada kuli kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna kuning kotor,
Kerak sangat lengket, bila diangkat akan meninggalkan luka basah. Dapat
menyebabkan kebotakan yang menetap.
e) Otomycosis : Infeksi pada telinga luar dan liang telinga
disebabkan oleh serangan Aspergillus, Penicillium, Mocor, Rhizpus, Candida.
Klinis : muncu rasa gatal dan sakit pada lubang
telinga dan kulit sekitar. Jika terjadi infeksi skunder oleh bakteri, akan
menjadi bernanah.
2. Mikosis Kutan
Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang
menyerang pada daerah superfisial yang terkeratinisasi , yaitu kulit, rambut,
kuku. Tidak ke jaringan yang lebih dalam.
a) Tinea pedis (kaki atlet)
Infeksi menyerang jaringan antara jari-jari kaki
dan berkembang menjadi vesikel-vesikel kecil yang pecah dan mengeluarkan cairan
encer, disebabkan oleh Trichophyton rubrum, T. Mentagrophytes, Epidemirmophyton
floccosum.
Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit pecah-pecah, dapat juga terjadi infeksi skunder.
Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit pecah-pecah, dapat juga terjadi infeksi skunder.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
Pengobatan : Fase akut : rendam dalam kalium
permanganat 1 : 5000 sampai peradangan mereda, kemudian berikan bahan kimia
anti jamur (asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim
mikonazol).
Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan bahan kimia bedak antijamur pada siang hari.
Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan bahan kimia bedak antijamur pada siang hari.
b) Tinea Korporis, Tinea Kurtis (Kurap)
Menyerang kulit tubuh yang tidak berambut,
disebabkan oleh serangan jamur T. Rubrum, T metagrophytes, E. floccosum. Hifa
tumbuh aktif ke arah pinggir cincin stratum korneum yan belum terserang.
Klinis : Sering menimbulkan lesi-lesi anuler
kurap, dengan bagian tengah bersisik dikelilingi oleh pingiran merah meninggi
sering mengandung volikel. Waktu hifa menjadi tua dan memisahkan diri menjadi
artrospora, sel-sel yang mengandung artrosphora mengelupas, sehinga pada
beberapa kasus terdapat bagian tengah yang bersih pada lesi kurap.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
Pengobatan : Gunakan asam benzoat, asam
salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol.
c) Tinea kaptitis (kurap kulit kepala)
Infeksi microsporum, terjadi pada masa
kanak-kanak dan biasanya aka sembuh pada saat memasuki masa puberitas.
Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh Trichophyon yang tidak diobati akan
menetap sampai dewasa.
Klinis : infeksi dimulai
pada kulit kepala , selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah mengikuti dinding
keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut terjadi di atas akar rambut. Rambut
menjadi mudah patah dan meninglakna potongannya yang pendek. Pada bagian kulit
kepala yang botak terlihat bentuk kemerahan, edema, bersisik dan membentuk
vesikel, pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan peradangan dan mengarah
pada mikosis sistemik.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan
lingkungan. Kasus-kasus sporadis biasanya diperoleh dari anjing atau kucing.
Mencegah penggunaan gunting dan alat cukur untuk bersama. Hindari kontak dengan
orang yang terinfeksi.
Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut degan tangan, sering keramas dan mengunakan krim antijamur mikonizol.
Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut degan tangan, sering keramas dan mengunakan krim antijamur mikonizol.
3. Mikosis Subkutan
Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit,
mengenai lapisan bawah kulit meliputi otot dan jaringan konektif (jaringan
subkutis) dan tulang.
a) Sporotrichosis
Akibat infeksi
Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan habitat pada tumbuh-tumbuhan
atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma, kemudian menyebar
melalui aliran getah bening.
Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi
yang terinfeksi, Getah bening menjadi tebal, Hampir tidak dijumpai rasa sakit,
terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada persendian dan paru-paru. Akibat
secara histologi adalah terjadinya peradangan menahun, dan nekrosis.
Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh
dengan sendirinya walaupun menahun, meskipun demikian dapat juga diberikan
Kalium iodida secara oral selama beberapa minggu.
b) Kromoblastosis
Infeksi kulit granulomatosa progresif lambat
yang disebabkan oleh Fonsecaea pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora
verrucosa, Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini adalah di daerah tropik,
terdapat di dalam tumbuhan atau tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.
Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau
plaque pada jaringan subkutan. Jamur masuk melalui trauma ke dalam kulit
biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk pertumbuhan mirip kutil tersebar di
aliran getah bening.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat
beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun, dan
lain-lain)
Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus
lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi yang lebih besar dilakukan kemoterapi
dengan flusitosin atau itrakonazol.
c) Mycetoma (madura foot)
Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan
oleh jamur Eumycotic mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang
disebut Actinomycotic mycetoma.
Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun, dan lain-lain)
Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun, dan lain-lain)
Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin,
trimetropin-sulfametoksazol, dan dapson pada fase dini sebelum terjadi
demorfitas. Pembuatan drainase melaui pembedahan dapat membantu penyembuhan.
4. Mikosis Sistemik
Adalah infeksi jamur yang mengenai organ
internal dan jaringan sebelah dalam. Seringkali tempat infeksi awal adalah
paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masing-masing jamur cenderung
menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik, artinya mempunyai daya
adaptasi morfologik yang unik terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau
pertumbuhan pada suhu 37 o C. Mikosis subkutan akut kerapkali juga berdampak
pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya infeksi skunder.
a) Blastomikosis
Infeksi yang terjadi
melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru, organ vicera
tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetes dermatitidis
dan Blastomycetes brasieliensi.
Klinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga
berat, pada kasus ringan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Berbagai
gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat dibedakan dengan infeksi pernafasan
bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat malam). Jika terjadi penyebaran
maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada kulit di permukaan terbuka
(leher,muka, lengan dan kaki).
Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazol
selama 6 bulan akan bermanfaat.
Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazol
selama 6 bulan akan bermanfaat.
b) Kokodiodomikosis
Disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup
di tanah, mikosis ini menyerang -paru.
Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah demam, batuk, sakit kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam valley atau desert rheumatism, dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.
Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis biasanya telah terbentuk imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita dengan difisiensi imun maka diberikan amfoterisin B dan diikuti dengan pemberian azol oral dalam beberapa bulan.
Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah demam, batuk, sakit kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam valley atau desert rheumatism, dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.
Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis biasanya telah terbentuk imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita dengan difisiensi imun maka diberikan amfoterisin B dan diikuti dengan pemberian azol oral dalam beberapa bulan.
c) Hitoplasmosis : Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini
hidup pada tanah dengan kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi
dengan kotoran unggas atau ternak)
Klinis : Infeksi terjadi melalui proses
pernafasan. Konidia yang terhirup diliputi oleh makrovag areolar akhir-nya
berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi dapat menyebar secara
cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul berupa
sindroma flu yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus penderita dengan
defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada terjadinya pembengkakan limpa
dan hati, demam tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak pada hidung,
mulut lidah, dan usus halus.
Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam tingkat tertentu yang mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah menyerbar maka pemberian amfoterisin B sering kali dapat menyembuhkan. Akan tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus.
Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam tingkat tertentu yang mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah menyerbar maka pemberian amfoterisin B sering kali dapat menyembuhkan. Akan tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus.
d) Parakoksidiomikosis : Mikosis yang diakibatkan oleh jamur
Paracoccidioides brasiliensis ( Blastomyces brasiliensis). Organisme infektif
terhirup pada proses pernafasan.
Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening atau gang-guan gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru, kemudian penyebarannya terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit.
Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening atau gang-guan gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru, kemudian penyebarannya terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit.
Pengobatan: pemberian sulfoamida secara oral,
terbukti efektif pada Parakoksidiomikosis ringan, jika penaganan tersebut belum
menunjukkan hasil yang berarti maka diberikan keto-konazol, sedangkan pada
kasus yang lebih berat, maka digunakan Amfoterisin.
2.5 Penyebab dan gejalanya
Candidiasis, aspergillosis dan kriptokokosis
adalah beberapa dari infeksi jamur yang umum yang disebabkan oleh Candida
albicans, Aspergillus dan Cryptococcus. Jika salah satu jamur ini masuk ke
dalam aliran darah, mereka dapat menyerang organ internal, sehingga menyebabkan
gejala. Candida adalah jamur yang hidup dalam tubuh manusia, tetapi dalam
keadaan tertentu, dapat berkembang biak dan mulai mempengaruhi organ. Penggunaan
jangka panjang antibiotik dan kadar gula darah tinggi dapat merupakan satu
peningkatan risiko infeksi ini. Infeksi dapat mempengaruhi organ-organ
vital seperti jantung, ginjal dan paru-paru. Infeksi jamur usus dapat
menyebabkan kembung, gangguan pencernaan, diare dan ketidaknyamanan perut. Jika
jamur sampai ke otak, kita bahkan bisa menderita kejang.
Kriptokokosis merupakan infeksi jamur serius yang disebabkan oleh menghirup jamur yang disebut Cryptococcus. Jamur ini terutama ditemukan di tanah dengan kotoran burung. Jamur ini dapat menyebabkan peradangan selaput otak. Dalam keadaan seperti itu, penderita mengalami gejala seperti kebingungan, mual muntah, kejang, penglihatan kabur, sakit kepala atau mengantuk. Jika paru-paru terkena, penderita mungkin mengalami gejala seperti letih lesu, batuk kering, demam dan nyeri dada.
Kriptokokosis merupakan infeksi jamur serius yang disebabkan oleh menghirup jamur yang disebut Cryptococcus. Jamur ini terutama ditemukan di tanah dengan kotoran burung. Jamur ini dapat menyebabkan peradangan selaput otak. Dalam keadaan seperti itu, penderita mengalami gejala seperti kebingungan, mual muntah, kejang, penglihatan kabur, sakit kepala atau mengantuk. Jika paru-paru terkena, penderita mungkin mengalami gejala seperti letih lesu, batuk kering, demam dan nyeri dada.
Jamur lain yang disebut Aspergillus dapat
mempengaruhi sinus atau paru-paru. Aspergilosis invasif terjadi ketika jamur
ini menyerang paru-paru dan menyebar ke organ lain melalui darah.Jamur ini
dapat mempengaruhi orang-orang yang kekebalan tubuhnya terganggu. Mereka yang
didiagnosis dengan kanker atau HIV rentan terinfeksi jamur ini. Dalam kasus
yang parah, otak atau tulang juga mungkin akan terpengaruh. Jamur ini dapat
dihirup melalui tanah atau debu rumah. Jika paru-paru atau sinus yang terkena,
salah satu yang paling mungkin mengalami gejala seperti sesak napas, nyeri
dada, batuk, demam, atau mimisan. Sementara gejala-gejala ini ditunjukkan oleh
salah satu penderita infeksi jamur di paru-paru, gejala bervariasi akan dialami
tergantung pada bagian tubuh yang dipengaruhi oleh infeksi jamur.
2.6 Diagnosa dan Pengobatannya
Jika dokter menduga pasien menderita seperti
infeksi patogen, mereka akan melakukan tes darah lengkap, kultur darah, urine,
sinar-X, dan prosedur diagnostik lainnya untuk merumuskan diagnosis. Pengobatan
pada dasarnya akan bervariasi tergantung pada organ internal yang mungkin akan
terpengaruh oleh jamur. Jika pasien menunjukkan gejala-gejala neurologis, dan
dokter menduga pasien menderita meningitis, mereka dapat memeriksa cairan
serebrospinal juga. Sejauh sebagai pengobatan yang bersangkutan, penggunaan
obat anti-jamur adalah langkah pertama menuju menghentikan jamur dari tumbuh
lebih lanjut.
Seperti disebutkan sebelumnya, aspergillosis,
kandidiasis dan kriptokokosis, adalah penyakit sistemik yang paling umum
disebabkan oleh jamur. Setelah dokter mampu mengidentifikasi jamur penyebab,
mereka dapat menentukan pilihan pengobatan infeksi jamur sistemik yang dapat
bekerja untuk pasien. Obat dapat dikonsumsi secara oral atau intravena yang
diberikan tergantung pada sediaan yang ada. Misalnya, micafungin
adalah salah satu obat, yang digunakan untuk pengobatan kandidiasis invasif.
Obat ini dapat diberikan secara intravena. Obat lain yang mungkin diresepkan
termasuk amfoterisin B, itrakonazol atau caspofungin. Dalam kasus yang parah,
ketika bola serat jamur, sel-sel darah putih dan membentuk bekuan darah di
paru-paru, pembedahan mungkin diperlukan. Terapi obat ditambah dengan perubahan
pola makan dipastikan akan membantu dalam mengurangi gejala kandidiasis.
Jamur yang menyusup organ internal melalui aliran darah, tentu dapat menyebabkan situasi yang membahayakan jiwa. Oleh karena itu, penting berkonsultasi segera dengan dokter pada saat timbul gejala sistemik infeksi jamur tersebut. Diagnosis dan pengobatan yang cepat dan tepat akan membantu dalam mencegah jamur dari menyebabkan kerusakan parah pada organ internal. Semakin cepat kondisi ini didiagnosis dan diobati, semakin cepat pemulihan terjadi.
Jamur yang menyusup organ internal melalui aliran darah, tentu dapat menyebabkan situasi yang membahayakan jiwa. Oleh karena itu, penting berkonsultasi segera dengan dokter pada saat timbul gejala sistemik infeksi jamur tersebut. Diagnosis dan pengobatan yang cepat dan tepat akan membantu dalam mencegah jamur dari menyebabkan kerusakan parah pada organ internal. Semakin cepat kondisi ini didiagnosis dan diobati, semakin cepat pemulihan terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia
jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak).
Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur
tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar
yang disebut hifa. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami
modifikasi menjadihaustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat;
haustoria dapat menembus jaringan substrat. Semua jenis jamur bersifat
heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan
mencernakan makanan. untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari
lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk
glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada
substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia
lainnya. Semua zat itu diperoleh darilingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof,
jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Candidiasis, aspergillosis
dan kriptokokosis adalah beberapa dari infeksi jamur yang umum yang disebabkan
oleh Candida albicans, Aspergillus dan Cryptococcus dan
merupakan penyebab infeksi jamur sistemik.
3.2 Saran
Untuk mengatasi penyakit
karena infeksi jamur hendaknya tidak dengan pengobatan saja. Langkah yang
efektif yaitu dengan melakukan tindakan pencegahan. Misalnya dengan mengontrol
keadaan lingkungan agar bersih dari agen infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja,
Karnen. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke-7. Jakarta: FKUI
Kusno, Gustaaf. “Candida
Albicans, Perangaimu Tak Secantik Namamu!“http://kesehatan.kompasiana.com/ diakses
tanggal 17 November 2012
Roit, Ivan. 1990. Pokok-pokok
Ilmu Kekebalan. Jakarta:Gramedia
|